Wednesday, 5 October 2016

Materi Editing Film/Video


Disini Mltimedia tidak hanya membahas tentang Komputer saja melainkan kita juga dapat mengedit video,Disini saya akan menjelaskan tentang materi editing Film/Video...
Simak dengan baik-baik!


MATERI EDITING
1. PENGERTIAN EDITING

           Kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari Ingris. Editing berasal dari
bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa Indonesia
bersinonim dengan kata editing. Dalam bidang audio-visual, termasuk film, editing
adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan
enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa
shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect, dan musik sudah
mencukupi. Selain itu, dalam kegiatan editing seorang editor harus betul-betul mampu
merekontruksi (menata ulang) potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru
kamera. Leo Nardi berpendapat editing film adalah merencanakan dan memilih serta
menyusun kembali potongan gambar yang diambil oleh juru kamera untuk disiarkan
kepada masyarakat. (Nardi, 1977: 47).
              Pertunjukan film di bioskop ataupun televisi di rumah-rumah apabila belum melalui
proses editing bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal, penonton cenderung merasa
bosan dan jenuh. Padahal, tayangan film ataupun video begitu ekonomis. Artinya,
penayangannya sangat bergantung pada aspek waktu. Waktu begitu mahal dan
menentukan dalam proses penayangan film. Jika sebuah tayangan berdurasi 60 menit,
itu artinya selama waktu itu pencipta film harus menjamin tidak membuat penonton
bosan apalagi meninggalkan bioskop, atau kalau di televisi memindahkan saluran.
Begitu berartinya sebuah hasil editing sampai ada pengamat film yang menyatakan
bahwa ruh tayangan film adalah proses editing.
          Selain itu, J.M. Peters menyatakan bahwa yang dimaksud dengan editing film adalah
mengkombinasikan atau memisah-misahkan rangkaian film sehingga tercapai sintesis
atau analisis dari bahan yang diambil (Peters, 1980: 9). Di sini, Peters mengungkapkan,
dengan editing, film sintesis atau sutradara televisi dapat menghidupkan cerita,
menjernihkan suatu keterangan, menyatakan ide-ide atau menimbulkan rasa haru pada
penonton. Nyata sekali Peters menekankan pada aspek ‘pemberian’ suasana dan nuansa
sebuah film setelah melalui proses editing. Pada saat editing berlangsung, tentunya
tugas editor tidak hanya menyambung-nyambung belaka. Karena selain unsur
visualisasi, unsur pikturisasi (penceritaan lewat rangkaian gambar) juga penting. Unsur
inilah yang membedakan kegiatan sambung menyambung dengan editing. Selain itu,
keindahan sebuah film tidak melulu disampaikan lewat rangkaian gambar, tetapi juga
tingkahan musik dan sound effect yang menjadikan sebuah film bernuansa. Di zaman
film bisu, rangkaian gambar diupayakan semaksimal mungkin membangun cerita film,
tetapi setelah era film bersuara, kolaborasi antara film dan musik begitu menyatu.
Sementara itu, D.W. Griffith berpendapat bahwa editing film merupakan suatu hal yang
terpenting dalam film karena editing film itu merupakan suatu seni yang tinggi. Seni
sendiri merupakan pondasi dari film. Menyunting film adalah menyusun gambar-
gambar film untuk menimbulkan tekanan dramatik dari cerita film itu sendiri.
Sutradara dan editor harus pandai dalam selection of shot, selection of action ( scene
demi scene yang harus dirangkaikan) (Griffith, 1972: 20-25).
       Dari penjelasan Griffith tersebut, terkandung pengertian bahwa di samping pentingnya
penyusunan film, perlu adanya penyisipan-penyisipan potongan film untuk membuat
film itu bercerita. Ini penting sekali diungkapkan dalam pembuatan film pada televisi
karena televisi sangat singkat, tetapi bagaimana caranya supaya masyarakat tertarik
untuk menyaksikan secara keseluruhan.
         Adapun Pudovkin mengatakan perlu adanya constructive editing, yakni pelaksanaan
editing film yang sudah dimulai dari penulisan dan membuat shot-shot sebagai materi
editing film. Dalam hal editing ini, Pudovkin mempunyai sebuah prinsip, yaitu
peristiwaperistiwa yang akan direkam dalam gambar tidak terlepas dari tiga faktor:
watak manusia, ruang dan waktu. Di samping tidak terlepas dari ‘lirik editing’, yakni
bagaimana caranya mengeksploitasi sesuatu yang tidak tampak seperti kegembiraan,
kesenangan, kesedihan, dan lain-lain (Pudovkin, 1972: 26).
            Namun pendapat dari kedua pakar film tersebut ditentang oleh Elsenstein, seorang
arsitek yang lari ke dunia film. Dia mengecam Griffith dan Pudovkin dengan alas an
keduanya hanya menyambung gambar dengan mengharapkan penonton ikut tertawa
atau menangis. Menurut dia, dalam proses editing film harus dilakukan dengan cara
menyambung dua buah shot atau adegan yang dapat menimbulkan pengertian baru
melalui cara pemikiran dan selalu menimbulkan istilah pemikiran yang baru. Untuk itu,
dia menghadapkan pada kiasan melalui lambang-lambang sehingga penonton turut
berpikir secara intelektual terhadap adegan yang dilihatnya (1972: 33).
     Terlepas dari beberapa pendapat tentang editing film tersebut, yang jelas proses editing
memang menduduki posisi penting dalam menghasilkan karya film yang menarik dan
tidak membosankan. Oleh karena itu, tugas seorang editor begitu berat dan
mengandung resiko sebab bisa jadi stock shot yang sebetulnya sudah bagus malah tidak
bisa ‘bercerita’ karena kegagalan sang editor

2. METODE EDITING FILM

         Secara umum, proses editing film dibedakan menjadi dua metode, yakni Continuity
Cutting dan Dynamic Cutting.
    a. Continuity Cutting
Metode ini merupakan metode editing film yang berisi penyambungan dari dua
buah adegan yang mempunyai kesinambungan.
    b. Dynamic Cutting
Metode editing film yang berisi penyambungan dari dua buah adegan yang tidak
mempunyai kesinambungan.

3. TEKNIK EDITING FILM
       Teknik editing film dikategorikan menjadi empat jenis, yakni pararel editing, cross
cutting, contras editing, dan montase trope.
    a. Pararel Editing
Yakni kalau ada dua adegan yang mempunyai persamaan waktu, harus dirangkaikan
silih berganti.
     b. Cross Cutting
Yakni beberapa adegan yang disilang atau penyilangan dua adegan dalam waktu
tidak bersamaan.
     c. Contras Editing
Yakni susunan gambar yang memperlihatkan kontradiksi dua adegan atau lebih.
      d. Montase Trope
Yakni sistem editing yang mempergunakan simbol atau lambang-lambang yang
menimbulkan pemikiran pada penonton

4. EDITING VIDEO
    Pada dasarnya, editing film dengan video tidak ada bedanya. Hal yang membedakannya,yakni pada aspek teknologinya. Karena dalam perkembangannya muncul teknologidigital, untuk lebih jelasnya dibedakan antara analog dan digital.
Jika kita cermati, sebetulnya editing film yang kita saksikan pada umumnya
menggunakan nonlinear editing karena di dalamnya memungkinkan terjadinya
penambahan atau pengurangan di sembarang tempat terhadap shot dan scene-scene
yang ada. Secara umum untuk membedakan antara linear editing (analog dan digital)
dan nonlinear editing terlihat pada aspek teknologinya. Ramang Syah menjelaskan,
pada proses pengalihan editing video tape yang sangat mendasar adalah proses
pengalihan/dubbing dari sumber material (original tape) ke edit master (master tape).
Untuk melakukan editing, hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan secara bertahap,
yakni:
           1) memilih gambar dan suara dari sumber materi dan tentukan bagian-bagian mana
yang ditransfer ke master tape,
           2) kemudian temukan bagian-bagian itu harus ditempatkan pada master tape,
           3) untuk mendapatkan sequence yang tepat sesuai dengan naskah, bagian-bagian tadi harus ditempatkan pada ruang kolom yang sesuai,
           4) sesudah itu informasi tadi dialih/dub dari sumbernya ke master tape, scene by
scene. Sampai saat ini, belum ada keseragaman dalam proses rekaman gambar
sehingga setiap produser mendesain dan membuat video tape recorder (VTR)
menurut versinya masing-masing. Hal ini dapat kita jumpai pada format-format VTR
yang banyak dipasarkan antara lain Format B, C, Umatic, Betacam, dan lain-lain. Saat
ini yang dianggap paling tinggi kualitas gambar dan suaranya adalah digital VTR
yang dirintis oleh Matsushita Panasonic dengan type AD 350 (kamera dan VTR
digital pertama kali digunakan di Olimpiade Barcelona 1992).
VTR merupakan suatu mesin yang terdiri atas sistem elektronik dan mekanik yang
digunakan saat rekaman, editing, dan penyiaran. Alat ini berfungsi merekam signal
video dan audio kemudian memutar kembali kedua signal tersebut (play back)
secara bersamaan (syncron). Selain kedua signal tadi, juga turut terekam signal
pengontrol (CTL = control track line) dan signal identifikasi/addres (TC + time code)
(Syah, 2000 : 1-2).
    a. Linear Editing
           Pada sistem linear editing, prosesnya dilakukan dengan cara langsung dan apabila
terdapat kekurangan dan kesalahan, akan dilakukan pengulangan. Pada akhirnya,
editing sistem ini menuntut peralatan yang besar dan bermutu untuk menjaga
kualitas hasil yang sedang dikerjakan. Pada umumnya, peralatan semacam ini hanya
dimiliki oleh kalangan tv penyiaran (broadcasting house) dan production house
(PH) skala besar. Jika hasilnya belum sempurna, akan dilakukan pengulangan
editing yang memakan cukup banyak biaya. Untuk kalangan pembuat film indie,
sistem ini jarang dipakai.
Dalam sistem ini, seorang editor harus teliti dan cermat dalam mengedit. Jika terjadi
kesalahan sedikit saja, pekerjaan yang hampir selesai bisa jadi harus diulang dari
awal. Lantas apa yang membedakan antara analog dan digital?
Pengertian umum analog dari teknologi media audio visual adalah cara merekam
yang dilakukan, baik ketika shooting video maupun saat mentransfer dari pita satu
ke pita yang lain dengan perangkat kerjanya, merupakan proses perekaman
gelombang cahaya secara berkesinambungan (kontinyu) menjadi satu bentuk kurva
garis melengkung, seperti garis grafik yang lengkungannya bergantung pada tinggi
rendahnya cahaya itu sendiri.
Adapun pengertian digital merupakan proses perekaman gelombang cahaya dengan
pola terputus-putus on-off lalu on-off begitu seterusnya, sesuai dengan karakternya
dari teknologi komputer, yang pada akhirnya menjadi satu bentuk kurva garis
kotak-kotak yang juga membentuk grafik yang terdiri atas banyak kotak kecil (Sahid,
2000:1).
        b. Nonlinear Editing
             Sistem inilah yang kini banyak diminati kalangan indie karena di samping mudah
juga murah dan bisa dilakukan di setiap PC. Edit sistem ini sering disebut juga
dengan istilah digital video editing. Sistem ini juga bisa disebut dengan Random
Access dari video dan audio ke dalam suatu media rekam berupa disk (disk storage)
atau hard disk.
Penyimpanan data di hard disk sangat memudahkan pengolahan. Selama data masih
tersimpan di dalamnya, seorang editor bisa berulang-ulang mengedit bagian yang
kurang sempurna tanpa harus mengulang dari awal lagi. Selain itu jika hasilnya
sudah final, bisa dikopi berulang-ulang dengan kualitas yang tetap. Jika
menggunakan teknologi analog, hasil berupa kaset tidak akan tahan sampai lima
generasi pengkopian.
Langkah-langkah non linear editing adalah sebagai berikut:
    1) Logging Artinya pada sistem nonlinear editing yang dicatat adalah time code in
(angka perhitungan jalannya pita kaset) dan time code out dari sebuah shot
secara utuh, dari klip awal hingga sutradara memutuskan cut pada sebuah shot.
Pada umumnya, mesin nonlinear editing jenis apa pun memiliki keterbatasan
dari hard disk yang sangat berhubungan erat dengan banyaknya gambar yang
bisa disimpan dalam memorinya. Dengan keterbatasan ini, seorang editor harus
betul-betul memilih shot yang baik. Selection of action sudah dilakukan pada
tahap logging ini. Apabila ada kesempatan, alangkah baiknya editor melihat lebih
dahulu materi shot yang akan di logging. Pada tahap ini dilakukan
pengadministrasian yang efektif sebab ada hal-hal prinsip yang harus dilakukan
dalam menuliskan deskripsi dari shot-shot itu. Pertama editor harus menulis
terlebih dahulu nomor scene pada awal kalimat, kemudian disusul masing-
masing dengan nomor shot, dan nomor take, baru disusul dengan nama tokoh
(karakter) yang akan muncul pada gambar itu, setelah itu keterangan peristiwa
apa yang dialami atau terjadi dengan tokoh itu.
       2) Digitizing Yaitu proses memasukkan gambar dan suara yang sudah di- logging ke
hard disk komputer. Sebelum pekerjaan ini dilakukan, editor harus memutuskan
dahulu akan menggunakan audio video resolution (AVR) berapa, yaitu tingkat
kualitas gambar seperti apa yang dibutuhkan dalam pekerjaan awal ini.
       3) Editing Film, Pada tahap ini, editor biasanya melakukan off line edit dahulu
untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari program yang diedit. Namun
dalam kegiatan nonlinear editing jika mesin yang digunakan kualitasnya baik
seperti Avid, on line d a n off line dapat dilakukan sekaligus.
       4) Redigitize Proses ini dilakukan dengan cara menggunakan edit decition list
(EDL). Jika anda menggunakan mesin untuk off line berbeda dengan
menggunakan mesin pada saat on line, kita harus menggunakan EDL dari time
line yang sudah ada ketika membuat off line editing. Hal ini penting agar tidak
terjadi perbedaan AVR di dalam satu time line, yang menyebabkan komputer
tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (Sahid, 2000: 5)
    c. Pedoman Pemotongan (Cuting)
          Pemotongan adalah lang,kah lanjutan setelah proses capturing dilakukan.
Pemotongan dilakukan terhadap gambar redundan yang berupa
         1) bidikan-bidikan yang terlampau pendek yang disebabkan suatu kesulitan atau
hal-hal lain pada saat pengambilan gambar. Umpamanya ketika juru kamera
mengadakan pengambilan gambar lantas pandangannya terhalang oleh orang
ramai,
           2) hasil pengambilan panning yang kurang stabil serta pencahayaan yang
terlampau terang atau terlalu gelap,
            3) bidikan yang terlampau panjang harus dibuang sebagian karena ini dapat
membuat penonton jemu,
            4) gambar-gambar yang kurang tajam (out of focus) jika hal ini tidak disengaja,
            5) hal-hal yang dirasakan mengganggu kelancaran isi cerita

5. KEWAJIBAN EDITOR FILM
a. Tahap persiapan
         Pada tahap persiapan seorang editor film dapat bekerjasama dengan kamerawan
dalam melakukan analisis skenario mengenai konstruksi dramatiknya, dan bekerja
sama dengan sutradara untuk mendapatkan penyesuaian penafsiran mengenai
editingnya.
b. Tahap pengerjaan
 Melakukan pemisahan shot yang terpakai (OK) dengan yang tidak (NG) dengan
catatan shooting report atau penjelasan langsung sutradara.
 Melakukan editing pendahuluan untuk mendapatkan penyesuaian atas konsep
dasar editing yang diinginkan bersama dan memberikan gagasan-gagasan
perekaman dalam hubungannya dengan editing.
c. Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan
suara kesan (efek suara).
d. Mendampingi juru suara dalam melakukan rekaman kembali untuk
memenuhi kebutuhan serta memberikan gagasan-gagasan perekaman dalam
hubungannya dengan editing.
e. Mendapatkan persetujuan sutradara atas hasil akhir editing.
f. Bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua materi gambar dan
suara yang diserahkan kepadanya untuk editing.

6. HAK EDITOR FILM
a. Mengajukan usul kepada sutradara untuk mengubah urutan penuturan gambar
dari yang tercantum dalam skenario guna mendapatkan konstruksi dramatik
yang lebih baik.
b. Mengajukan usul kepada sutradara untuk memenuhi bahan materi gambar
ataupun suara yang kurang.
c. Mengajukan koreksi kepada sutradara atas konsep pengadaan unsur suara untuk
dasar kepentingan editing film.
d. Didengar pendapatnya atas perubahan editing pada kopi edar (release copy).
Lebih Spesifik Kualitas Editor Proffessional sekelas Hollywood, sudah pasti bukan
EDITOR VIDEO, karena secara Teknispun berbeda.
Kemampuannya bukan sekedar Teknis aja, tapi FILOSOFI PEMAHAMAN EDITING
menjadi PRIORITAS. Editor sekelas Hollywood sudah pasti memahami benar apa itu
KONSEP, PRINSIP, METODE hingga DIMENSI EDITING, dan bisa membedakan EDITING
dengan MONTAGE, Dimana semuanya itu bisa di pelajari dari Sejarah EDITING.
Bicara masalah KONSEP EDITING akan selalu mengacu pada Countinuty dengan dalil
180 derajatnya, dan Alternatif to Countinuty 360 derajat yang berhubungan dengan
SCREEN DIRECTION
PRINSIP EDITING sudah pasti paham-paham mengenai konvensi umum dari Gaya
editingnya LUMIERE dengan REALISME, MELIES dengan CLASSICAL CUTTING
(Emphasize, Underline,hingga Dramatize) sampai ke era ABSTRACT Cutting
METODE EDITING sebagai pemahaman dasar bagaimana Editor menggunakan
METODE-METODE EDITING seperti apa Fungsi dari CUTTING, apa fungsi CROSS
CUTTING, kenapa harus pake INTERCUT, kenapa harus pake CUT AWAY, apa alasanya
menggunakan OPTICAL EFFECT, dll.
DIMENSI EDITING haruslah dipahami, sebagai pola-pola dasar Editing dalam DIMENSI
GRAFIS, RITMIS, TEMPORAL, dan SPASIAL
Tanpa pemahaman EDITING DASAR diatas, jangankan jadi Editor FILM HOLLYWOOD,
untuk menjadi Editor untuk FILM BIOSKOP INDONESIA saja belum dapat di terima.
Seseorang yang MENGUASAI TEKNIS OPERASIONAL SOFTWARE EDITING saja tanpa
memiliki KEMAMPUAN EDITING belum dapat di sebut dengan EDITOR,namun lebih
dikenal sebagai OPERATOR EDITING.

Kunjungi:
untuk cara menginstall windows 7
http://mymultimediaok.blogspot.co.id/

0 comments:

Post a Comment